Masalah distribusi
BBM dan listrik “Byar Pet’’ PR bagi Bupati Baru Kab Barito Utara
Masalah
distribusi Bahan bahan minyak (BBM) dan kerapnya listrik mati (byar pet) adalah
salah satu Pekerjaan Rumah (PR) bagi Bupati Kabupaten Barito Utara, Kalimantan
Tengah, baru, yang akan bertarung pada 5 Juni 2013 (Pilkada) mendatang.
Hampir semua
SPBU (Stasiun Pompa Bahan Bakar Untuk Umum/pompa bensin) yang ada di Barito
Utara, terutama di kota Muara Teweh selalu dijejali para konsumen, baik pengendara sepeda motor, supir truk, dan
kendaraan umum lainnya harus antri
berjam-jam di SPBU.
Beberapa jam
sebelum SPBU buka mereka sudah antri, begitu buka SPBU beberapa jam kemudian
sudah ludes habis. Tidak heran SPBU di Barito Utara biasanya hanya beroperasi
beberapa jam saja , para konsumen bila masih memerlukan BBM ,terutama premium
dan solar terpaksa harus membelinya di pengecer (penduduk) yang menjual dengan
harga dua kali lipat, seperti premium bila harga resmi di SPBU Rp.4500,-per
liter maka di tingkat pengecer bisa mencapai Rp 9000 per liter.
Para
pengecer ini bisa terlihat di hampir seluruh pelosok dan sepanjang jalan protokol
di Muara Teweh, bahkan di sepanjang jalan antar Kecamatan antara Muara Teweh
menuju kota Banjarmasin , Kalimantan Selatan, bahkan menuju kawasan lainnya di
Kalimantan Tengah.
Setiap SPBU
selalu antri dan dijejali konsumen karena salah satu pengantri adalah para penadah
yang istilah local disebut ‘’leveransir’’ bahkan ada diantara mereka yang hanya
menggunakan sepeda motor sampai empat , lima kali balik antri setelah menguras
isi tanki bensin sepeda motornya dengan selang ke sebuah jerigen yang telah
dipersiapkan tidak jauh dari SPBU. Para pelaku tidak terbatas para pria tapi
juga para wanita juga ikut mencoba mengais rezeki melalui usaha ini.
Kalau kita
perhatikan betapa luasnya masyarakat yang terlibat , karena hampir di sepanjang
jalan di Kalimantan Tengah. Ini berarti banyak masyarakat yang terlibat dan ini
sangat menyulitkan dan dilematis bagi pemerintah daerah setempat, terutama
Bupati terpilih yang akan berkuasa pada periode tahun 2013-2018.
Karena
setiap kebijakan yang keras dan ketat dari Bupati Baru pasti dampaknya terkena
bagi rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya dari menjual BBM eceran di
pinggir jalan
Ini artinya
menyangkut kebijakan pemberdayaan ekonomi
rakyat , petani karet misalnya harus menempuh jarak tempuh bisa lebih 12 jam
lewat darat dan lebih 12 jam lewat sungai Barito dari Muara Teweh ke Banjarmasin
bila inginmenjual karet mentahnya.
· Padahal kalau
Pemerintah Daerah mengundang investor luar untuk mendirikan pabrik pengolahan
produk karet seperti sepatu, ban , atau produk rumah tangga lainnya maka bukan
saja bisa di pasarkan di dalam negeri tapi juga untuk ekspor.
· Masalah lainya
adalah masih kerapnya listrik padam (alias Byar pet) baik di siang hari maupun
malam hari). Ini bisa dimaklumi karena PLN di Muara Teweh masih mengandalkan
pembangkit listrik tenaga diesel berkapasitas rendah. Jadi kalau konsumen sudah
over pemakaian, tidak heran listrik padam di negeri yang sangat kaya penghasil
tambang batubara ini.
· Sangat tragis
memang negeri penghasil batubara yang besar ini justru memasok batubara untuk
pembangkit listrik di Pulau Jawa , bahkan ekspor ke Jepang dan banyak Negara lainnya.
· Padahal kalau
dibangun sebuah pembangkit listrik tenaga uap tenaga batubara (PLTU) di mulut
tambang seperti di Muara Enim PT Batu Bara Bukit Asam Sumatera Selatan sangat memungkinkan,
selain Pembangkit Listrik Tenaga Air karena sungai Barito yang panjang dan luas
juga selalu melimpah dengan air.
· PLTU ini bisa
dimanfaatkan PLN untuk jaringan listrik inter koneksi se Kalimantan Tengah atau
bahkan bisa se Kalimantan bila jaringan infrasrtuktur PLN sudah terkoneksi
sampai ke Kalimantan Barat, Selatan, Timur dan ke provinsi Baru Kalimantan
Utara sampai di Berau dan kota Tarakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar