Senin, 29 Oktober 2012


Masalah distribusi BBM dan listrik “Byar Pet’’ PR bagi Bupati Baru Kab Barito Utara

Masalah distribusi Bahan bahan minyak (BBM) dan kerapnya listrik mati (byar pet) adalah salah satu Pekerjaan Rumah (PR) bagi Bupati Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, baru, yang akan bertarung pada 5 Juni 2013 (Pilkada) mendatang.
Hampir semua SPBU (Stasiun Pompa Bahan Bakar Untuk Umum/pompa bensin) yang ada di Barito Utara, terutama di kota Muara Teweh selalu dijejali para konsumen,  baik pengendara sepeda motor, supir truk, dan kendaraan umum lainnya harus  antri berjam-jam di SPBU.
Beberapa jam sebelum SPBU buka mereka sudah antri, begitu buka SPBU beberapa jam kemudian sudah ludes habis. Tidak heran SPBU di Barito Utara biasanya hanya beroperasi beberapa jam saja , para konsumen bila masih memerlukan BBM ,terutama premium dan solar terpaksa harus membelinya di pengecer (penduduk) yang menjual dengan harga dua kali lipat, seperti premium bila harga resmi di SPBU Rp.4500,-per liter maka di tingkat pengecer bisa mencapai Rp 9000 per liter.
Para pengecer ini bisa terlihat di hampir seluruh pelosok dan sepanjang jalan protokol di Muara Teweh, bahkan di sepanjang jalan antar Kecamatan antara Muara Teweh menuju kota Banjarmasin , Kalimantan Selatan, bahkan menuju kawasan lainnya di Kalimantan Tengah.
Setiap SPBU selalu antri dan dijejali konsumen karena salah satu pengantri adalah para penadah yang istilah local disebut ‘’leveransir’’ bahkan ada diantara mereka yang hanya menggunakan sepeda motor sampai empat , lima kali balik antri setelah menguras isi tanki bensin sepeda motornya dengan selang ke sebuah jerigen yang telah dipersiapkan tidak jauh dari SPBU. Para pelaku tidak terbatas para pria tapi juga para wanita juga ikut mencoba mengais rezeki melalui usaha ini.
Kalau kita perhatikan betapa luasnya masyarakat yang terlibat , karena hampir di sepanjang jalan di Kalimantan Tengah. Ini berarti banyak masyarakat yang terlibat dan ini sangat menyulitkan dan dilematis bagi pemerintah daerah setempat, terutama Bupati terpilih yang akan berkuasa pada periode tahun 2013-2018.
Karena setiap kebijakan yang keras dan ketat dari Bupati Baru pasti dampaknya terkena bagi rakyat kecil yang menggantungkan hidupnya dari menjual BBM eceran di pinggir  jalan
Ini artinya menyangkut kebijakan pemberdayaan  ekonomi rakyat , petani karet misalnya harus menempuh jarak tempuh bisa lebih 12 jam lewat darat dan lebih 12 jam lewat sungai Barito dari Muara Teweh ke Banjarmasin bila inginmenjual karet mentahnya.
·      Padahal kalau Pemerintah Daerah mengundang investor luar untuk mendirikan pabrik pengolahan produk karet seperti sepatu, ban , atau produk rumah tangga lainnya maka bukan saja bisa di pasarkan di dalam negeri tapi juga untuk ekspor.
·      Masalah lainya adalah masih kerapnya listrik padam (alias Byar pet) baik di siang hari maupun malam hari). Ini bisa dimaklumi karena PLN di Muara Teweh masih mengandalkan pembangkit listrik tenaga diesel berkapasitas rendah. Jadi kalau konsumen sudah over pemakaian, tidak heran listrik padam di negeri yang sangat kaya penghasil tambang batubara ini.
·      Sangat tragis memang negeri penghasil batubara yang  besar ini justru memasok batubara untuk pembangkit listrik di Pulau Jawa , bahkan ekspor ke Jepang dan banyak Negara lainnya.
·      Padahal kalau dibangun sebuah pembangkit listrik tenaga uap tenaga batubara (PLTU) di mulut tambang seperti di Muara Enim PT Batu Bara Bukit Asam Sumatera Selatan sangat memungkinkan, selain Pembangkit Listrik Tenaga Air karena sungai Barito yang panjang dan luas juga selalu melimpah dengan air.
·      PLTU ini bisa dimanfaatkan PLN untuk jaringan listrik inter koneksi se Kalimantan Tengah atau bahkan bisa se Kalimantan bila jaringan infrasrtuktur PLN sudah terkoneksi sampai ke Kalimantan Barat, Selatan, Timur dan ke provinsi Baru Kalimantan Utara sampai di Berau dan kota Tarakan.